Universitas Gadjah Mada
Persyaratan Peserta
SYARAT UMUM JALUR PENELUSURAN BIBIT
UNGGUL (PBU)
- Lulusan SMA/SMK/MA/MAK negeri maupun swasta dalam negeri tahun 2014.
- Lulusan setara SMA luar negeri tahun 2014 dan 2013 yang telah mendapat surat keterangan kesetaraan dari Kemendikbud atau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
- Nilai kognitif semua mata pelajaran pada rapor harus tuntas (di atas KKM), mulai semester 1 sampai dengan semester 5. Bagi siswa akselerasi kriteria tersebut diberlakukan sampai dengan semester 4, rapor di unggah dalam format .jpg (ukuran maksimal 200KB).
- Peserta jalur PBU diusulkan oleh sekolah dan termasuk 40% terbaik di kelasnya pada semester 1-5, atau 75% terbaik hingga semester 4 bagi siswa kelas akselerasi. Dibuktikan dengan surat keterangan yang ditanda tangani oleh kepala sekolah untuk setiap calon pendaftar.
- Memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh program studi masing-masing.
SYARAT UMUM JALUR UJIAN TULIS (UTUL)
- Lulusan SMA/SMK/MA/MAK dalam dan luar negeri tahun 2014, 2013 dan 2012 atau lulusan ujian persamaan atau yang setara lainya tahun 2014, 2013 dan 2012.
- Memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh program studi masing-masing.
Universitas Padjadjaran
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Universitas Padjadjaran
|
|
Didirikan
|
|
Jenis
|
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
|
Staf akademik
|
1.790 (2013)[1]
|
Jumlah mahasiswa
|
29.269 (2013)[1]
|
3.937 (2013)[1]
|
|
4.370 (2013)[1]
|
|
1.887 (2013)[1]
|
|
Lokasi
|
|
Biru Tua
|
|
Julukan
|
Jaket Biru Dongker
|
Afiliasi
|
ASAIHL,
- SEAMEO - AUN - AUAP
|
Situs web
|
Pada 20 Oktober 2014, Universitas ini berubah status menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) dari Badan Layanan Umum (BLU). Peresmian itu ditandai dengan peraturan pemerintah (PP) yang ditandatangani mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Penetapan itu didasarkan atas evaluasi kinerja yang dilakukan tim independen yang dibentuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayan (Kemendikbud)[2].
Daftar isi
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Pemilihan nama "Padjadjaran" yang digunakan diambil dari nama kerajaan Sunda, yaitu Kerajaan Padjadjaran, yang dipimpin oleh Raja Prabu Siliwangi atau Prabu Dewantaprana Sri Baduga Maharaja di Pakuan Padjadjaran (1473-1513 M). Nama ini adalah nama yang paling terkenal dan dikenang oleh rakyat Jawa Barat, karena kemashuran sosoknya di antara raja-raja yang ada di tatar Sunda pada masa itu. Universitas Padjadjaran didirikan atas prakarsa para pemuka masyarakat Jawa Barat yang menginginkan adanya perguruan tinggi tempat pemuda-pemudi Jawa Barat memperoleh pendidikan tinggi untuk mempersiapkan pemimpin di masa depan.Setelah melalui serangkaian proses, pada tanggal 11 September 1957 Universitas Padjadjaran secara resmi didirikan melalui Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1957, dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 September 1957.
Pada awal berdirinya, Unpad memiliki 4 fakultas, saat ini telah berkembang menjadi 16 fakultas dan program pascasarjana. Program yang ditawarkan Unpad meliputi program doktor (S-3) terdiri dari 9 program studi, program magister (S-2) terdiri dari 19 program studi, 2 program spesialis, 5 program profesi, dan program sarjana (S-1) terdiri dari 44 program studi, program diploma III (D-3) terdiri atas 32 program studi dan program diploma IV (D-4) terdiri atas 1 program studi. Unpad juga memiliki Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) sebagai wadah untuk mengelola kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Lahirnya Universitas Padjadjaran merupakan puncak dari gerakan pencerdasan kehidupan masyarakat Jawa Barat yang sudah dirintis oleh beberapa tokoh, antara lain Raden Dewi Sartika, Siti Jenab, Ayu Lasminingsih, K.H. Abdul Halim, dan K.H. Hasan Mustofa.
Hasrat mencerdaskan kehidupan bangsa ini semakin kuat ketika kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Tokoh-tokoh masyarakat Jawa Barat berkeinginan keras agar generasi muda Jawa Barat dapat meningkatkan pendidikannya sampai jenjang perguruan tinggi. Keberadaan Institut Teknologi Bandung (ITB) kala itu dianggap kurang memadai. Selain karena pendidikan khusus di bidang teknik, juga dianggap tidak terlalu mendukung pendidikan Jawa Barat dan Bandung, karena ITB sudah merupakan perguruan tinggi nasional.
Masyarakat Jawa Barat ingin memiliki sebuah universitas negeri yang menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai bidang ilmu. Akan tetapi, karena situasi politik dan keamanan yang tidak kondusif karena berkecamuknya Perang Kemerdekaan (1945-1949), perwujudan ke arah cita-cita itu terhambat. Pada tahun 1950-an tekad para tokoh masyarakat Jawa Barat untuk memiliki sebuah universitas negeri di Bandung semakin mengarah pada kenyataan, terutama setelah dipilihnya Kota Bandung sebagai tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tanggal 18-24 April 1955.
Pada tanggal 4-7 Nopember 1956 dengan sepengetahuan penguasa dan pemerintahan setempat di masa itu, pernah diadakan Kongres Pemuda Sunda di Bandung dan dihadiri oleh para utusan dari semua daerah Jawa Barat, termasuk Jakarta, dan juga dari Yogyakarta. Kongres ini bertujuan untuk mencari jalan konkret dan positif dalam turut serta menyelesaikan berbagai masalah yang pada saat itu berkecamuk di Tanah Sunda, termasuk gangguan keamanan yang dilakukan oleh gerombolan Kartosuwiryo, kehidupan sosial ekonomi yang dirasakan sangat sulit, dan kehidupan kebudayaan yang tertekan.
Melalui Surat Keputusan Nomor 91445/.CIII tanggal 20 September 1957, Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan mengubah status dan fungsi Badan Pekerja Panitia Negara Pembentukan Universitas Negeri di Bandung menjadi Presidium Universitas Padjadjaran. Presidium ini dilantik oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 24 September 1957 di Gubernuran Bandung, yang dihadiri oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, para presiden universitas negeri seluruh Indonesia, para pembesar sipil dan militer, para guru besar dan dosen.
Pada awal berdirinya Universitas Padjadjaran hanya memiliki 4 (empat) fakultas, yaitu Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dua fakultas yang disebut pertama berasal dari Yayasan Universiitas Merdeka di Bandung; sementara fakultas yang disebut terakhir merupakan penjelmaan dari Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di Bandung. Keempat fakultas ini secara resmi pembentukannya didasarkann pada peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 1957 tertanggal 24 September 1957.
Di masa-masa perjuangan dan perintisan pendiriannya, Universitas Padjadjaran dipimpin oleh sebuah presidium yang diangkat oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan. Pelantikan presidium ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 24 September 1957, bertempat di Gubernuran Jawa Barat, Jalan Otto Iskandar Dinata No. 1 Bandung. Presidium ini terdiri dari tokoh-tokoh kalangan pemerintah daerah dan masyarakat Jawa Barat.
Kepemipinan Universitas Padjadjaran oleh Presidium hanya berlangsung satu setengah bulan. Selanjutnya pada tanggal 6 November 1957 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 154/M tanggal 1 Oktober 1957 pimpinan Universitas Padjadjaran diserahterimakan dari Presidium kepada Prof.Mr.Iwa Kusuma Sumantri yang diangkat menjadi Presiden Universitas Padjadjaran.
Untuk mambantu kelancaran tugas pimpinan universitas, pada tanggal 20 Februari 1958 dibentuk Yayasan Pembina Universitas Padjadjaran dengan ketua Prof.Mr.Iwa Kusuma Sumantri yang dibantu oleh beberapa orang pejabat pemerintah daerah dan tokoh masyarakat Jawa Barat. Pembentukan yayasan ini pun dimaksudkan untuk memberikan dukungan serta bantuan moral dan material bagi pembina Universitas Padjadjaran dan penghubung antara universitas masyarakat.
Pada tanggal 30 Agustus 1958, pemerintah juga melantik Dewan Kurator Universitas Padjadjaran dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Nomor 8295/S, tanggal 22 Agustus 1958. Dewan ini bertugas membantu pemerintah dalam pemeliharaan dan pembinaan Universitas Padjadjaran. Pada 18 September 1960, dibuka Fakultas Pendidikan Jasmani (FPJ) sebagai perubahan dari Akademi Pendidikan Jasmani. Pada tahun 1963-1964, FPJ dan FKIP melepaskan diri dari Unpad dan masing-masing menjadi Sekolah Tinggi Olah Raga dan Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan (IKIP, sekarang Universitas Pendidikan Indonesia).
Tahun 1961, Prof.Mr.Iwa Kusumasumantri diangkat menjadi Menteri PTIP. Oleh karena iitu, Presiden Universitas Padjadjaran untuk sementara waktu dijabat oleh Prof. drg. R. G. Soeria Soemantri, M.P.A., F.A.C.D., M.R.S.H. (September 1961 s.d. Juni 1962) dengan Drs. Muchtar Affandi sebagai sekretaris. Selanjutnya Prof. drg. R. G. Soeria Soemantri dikukuhkan sebagai Presiden Universitas Padjadjaran untuk periode 1962-1964. Pengukuhan ini diikuti juga dengan perubahan struktur organisasi Universitas Padjadjaran, yaitu jabatan Sekretaris I dan II diubah menjadi Kuasa Presiden I, II dan III.
Sejak tahun 1963, keorganisasian di Universitas Padjadjaran mengalami perubahan lagi, yaitu sebutan Presiden Universitas Padjadjaran menjadi Rektor Universitas Padjadjaran, dan Kuasa Presiden menjadi Pembantu Rektor.
Sejalan dengan perkembangan pendidikan/ilmu pengetahuan maka pada tanggal 22 September 1973, Rektor/Ketua Senat Guru Besar dengan Surat Keputusan Nomor 30/Kep/Universitas Padjadjaran. Kebijakan ini disusul oleh Surat Keputusan Rektor Nomor 75/Kep/Universitas Padjadjaran/73 tentang Struktur, Organisasi, Wewenang dan Tatakerja dalam Lingkungan Universitas Padjadjaran.
Pada perkembangan selanjutnya struktur, organisasi, wewenang dan tatakerja dalam lingkungan Universitas Padjadjaran mengalami berbagai perubahan yang menyesuaikan dengan tuntutan dan situasi kekinian dunia pendidikan.
Rektor[sunting | sunting sumber]
- Prof. Iwa Koesoemasoemantri (1957–1961)
- Prof. Soeria Soemantri (1961–1964)
- Moh Sanusi Hardjadinata (1964–1966)
- Prof. RS Soeria Atmadja (1966–1973)
- Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (1973–1974)
- Prof. Hindersah Wiraatmadja (1974–1982)
- Prof. Dr. Yuyun Wirasasmita (1982–1990)
- Prof. Dr. H. Maman P. Rukmana (1990–1998)
- Prof. Dr. HA Himendra Wargahadibrata (1998–2007)
- Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA (2007–sekarang)
Lagu[sunting | sunting sumber]
Lagu wajib mahasiswa Universitas Padjadjaran adalah Himne UNPAD dan Almamater, yang diciptakan oleh Alumnus UNPAD, Iwan Abdurrahman. Dalam lagu Himne Universitas Padjadjaran ini, bait-baitnya menggambarkan rasa cinta dan harapan insan-insan di dalamnya. Penggambaran yang jujur apa adanya tentang sebuah pengabdian, cinta dan harapan. Hal ini tercermin dari liriknya yang lugas, sederhana, dengan kombinasi nada yang mudah difahami. Sedangkan Almamater, lagu ini menggambarkan rasa cinta sivitas akademika kepada Universitas Padjadjaran. Liriknya ‘Jangankan keringatku, darahku pun kurelakan. Guna baktiku padamu, Almamater…’, mengingatkan bagaimana sivitas akademika UNPAD tetap cinta dan rela berkorban demi almamater. [3]
Mesjid Raya
Universitas Padjadjaran, berada di Kampus Jatinangor
Fasilitas[sunting | sunting sumber]
Pemondokan[sunting | sunting sumber]
UNPAD mempunyai Pemondokan beragam, terdiri dari Asrama Padjadjaran I, Asrama Padjadjaran II, Asrama Padjadjaran III dan Asrama Pedca. Semua asrama ini diperuntukan untuk mahasiswa, baik untuk mahasiswa Bidik Misi (Asrama I dan II) mau pun mahasiswa asing (Asrama III). Sedangkan mahasiswa yang mengambil Pendidikan Dokter, disediakan Bale Padjadjaran untuk menunjang pemondokan di kampus. [4].Ruang Pertemuan[sunting | sunting sumber]
Graha Sanusi Hardjadinata Universitas
Padjadjaran
Salah satu gedung pertemuan yang sering digunakan adalah
Graha Sanusi Hadjadinata. Gedung ini mempunyai kapasitas 1000 orang dan sering
digunakan untuk berbagai kegiatan seperti seminar, rapat, dan wisuda. Selain
untuk para civitas akademika UNPAD, gedung ini juga disewakan untuk umum dan
kegiatan resepsi. [5].Selain gedung pertemuan, terdapat juga tiga Balai yang digunakan untuk kegiatan penunjang kampus seperti seminar, rapat atau pun digunakan dalam acara kegiatan kemahasiswaan.
Perpustakaan[sunting | sunting sumber]
Sebagai fasilitas penunjang pendidikan, UNPAD mempunyai perpustakaan pusat yang berada di UNPAD Dipatiukur, Bandung. Perpustakaan ini dibawah koordinasi UPT Perpustakaan.Dalam operasionalnya, perpustakaan ini menjalankan fungsinya sebagai sarana belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi senantiasa memberikan pelayanan yang baik kepada sivitas akademika Unpad khususnya, dan masyarakat pengguna lainnya. Sehingga perpustakaan terbuka untuk umum.
Institut Teknologi Bandung
Institut Teknologi Bandung
|
|
Lambang
ITB[2]
|
|
Moto
|
|
Moto dalam bahasa Indonesia
|
Kemajuan dalam keselarasan
|
Didirikan
|
|
Jenis
|
|
Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA
|
|
Staf akademik
|
1.175 (2013)[5] S1 - 20 - 1,7%[5] S2 - 332 - 28,26%[5]
S3 - 823 - 70,04%[5]
|
Jumlah mahasiswa
|
20.901 (2013)[5]
|
14.071[5]
|
|
5.928[5]
|
|
902[5]
|
|
Lokasi
|
Jl. Ganesha 10/12Bandung,
Jawa Barat, Indonesia
|
Kampus
|
Urban, 795.646 meter persegi[5]
|
Julukan
|
Kampus Ganesha; Kampus Cap Gajah
|
Maskot
|
|
Situs web
|
|
Kampus utama ITB saat ini merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia[10] sekaligus lembaga pendidikan tinggi pertama di Hindia-Belanda[11]. Walaupun masing-masing institusi pendidikan tinggi yang mengawali ITB memiliki karakteristik dan misi masing-masing, semuanya memberikan pengaruh dalam perkembangan yang menuju pada pendirian ITB.
Asrama mahasiswa, perumahan dosen, dan kantor pusat administrasi tidak terletak di kampus utama namun masih dalam jangkauan yang mudah untuk ditempuh. Fasilitas yang tersedia di kampus di antaranya toko buku, kantor pos, kantin, bank, dan klinik.
Selain ruangan kuliah, laboratorium, bengkel dan studio, ITB memiliki sebuah galeri seni yaitu Galeri Soemardja, fasilitas olah raga, dan sebuah Campus Center. Di dekat kampus juga terdapat Masjid Salman untuk beribadah dan aktivitas keagamaan umat Islam di ITB. Untuk mendukung pelaksanaan aktivitas akademik dan riset, terdapat fasilitas-fasilitas pendukung akademik, di antaranya Perpustakaan Pusat (dengan koleksi sekira 150.000 buku dan 1000 judul jurnal), Sarana Olah Raga, Sasana Budaya Ganesha, Pusat Bahasa, pusat layanan komputer (ComLabs). ITB juga memiliki Observatorium Bosscha (salah satu fasilitas dari Kelompok Keahlian Astronomi FMIPA), terletak 11 kilometer di sebelah utara Bandung.
Rektor ITB saat ini adalah Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, untuk masa jabatan 2015-2020.[12]
Daftar isi
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Technische Hoogeschool te Bandoeng,
Bandung Kogyo Daigaku, Sekolah Tinggi Teknik Bandung, Technische
Faculteit, Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie, Universiteit van Indonesie te
Bandoeng, Universitas Indonesia Bandung, dan
Sejarah perguruan tinggi di Indonesia
Technische Hooge School 1929
Aula Barat ITB, bangunan peninggalan masa
penjajahan Belanda
dengan bentuk atapnya yang khas karya arsitek Henri Maclaine Pont.
Kurun waktu sejarah pendirian ITB dapat dibagi dalam
periode:- Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS - 1920-1942)
- Institute of Tropical Scientific Research (1942-1945)
- Bandoeng Koogyo Daigaku (1944-1945)
- Sekolah Tinggi Teknik Bandung (1945-1946)
- Technische Faculteit, Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie (1946-1947)
- Faculteit van Technische Wetenschap dan Faculteit der Exacte Wetenschap Universiteit van Indonesie te Bandoeng (1947-1950)
- Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia Bandung (1950-1959)
- Institut Teknologi Bandung (1959-sekarang)
Pada masa penjajahan Jepang, upaya untuk membuka kembali perkuliahan TH Bandung ditolak secara tegas, namun kegiatan penelitian di laboratorium-laboratorium yang ada di kampus TH Bandung diijinkan. Komunitas laboratorium tersebut dinamakan Institute of Tropical Scientific Research (Lembaga Penelitian Ilmiah Tropis) yang diawaki oleh banyak staf akademik TH Bandung.
Pada tanggal 1 April 1944, THS dibuka kembali oleh Pemerintah Militer Jepang dengan nama バンドン工業大学 (Bandung Kōgyō Daigaku)[14] setelah ditutup sejak 8 Maret 1942 dengan menyerahnya Hindia Belanda di Kalijati. BKD membuka tiga bagian yaitu Teknik Sipil (Dobubuka), Teknik Kimia (Oyakagabuka), Listrik dan Mesin (Denki dan Kikaika). Lama studi untuk menjadi insinyur (kogakusi) adalah tiga tahun, mengikuti kurikulum yang diterapkan di Tokyo Kogyo Daigaku (Tokyo Institute of Technology) pada masa itu.
Kemudian pada masa kemerdekaan Indonesia, pada bulan Agustus 1945, namanya diubah menjadi "Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung" yang membuka tiga bagian yaitu Bagian Bangunan Jalan dan Air, Bagian Kimia, dan Bagian Mesin dan Listrik dengan lama studi empat tahun. Pada tahun 1946, STT Bandung dipindahkan ke Yogyakarta namun karena serbuan tentara Belanda ke Yogyakarta, pada tanggal 19 Desember 1948 STT Bandung di Yogyakarta terpaksa ditutup. Beberapa waktu kemudian sekolah itu dibuka kembali pada tahun 1949 dengan hanya menyelenggarakan Bagian Sipil saja dan menjadi cikal bakal lahirnya Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Pada tanggal 21 Januari 1946, NICA mendirikan Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie - Universitas Darurat Hindia Belanda di mana salah satu fakultasnya adalah Fakultas Teknik sebagai pengganti STT Bandung di lokasi Kampus THS dulu. Sebagian besar pengajarnya adalah para mantan pengajar THS yang baru saja dibebaskan dari kamp interniran Jepang[15].
Pada tanggal 12 Maret 1947, NICA mendirikan Universiteit van Indonesie yang berpusat di Jakarta. Kampus THS berikut para pengajarnya dijadikan Faculteit van Technische Wetenschap. Pada 6 Oktober 1947, Faculteit van Exacte Wetenschap berdiri.
Ini kemudian menjadi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia di Bandung sejak 2 Februari 1950. Pada tanggal 2 Maret 1959, Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam secara resmi memisahkan diri menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat perjuangan Proklamasi Kemerdekaan serta wawasan ke masa depan, Pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya Institut Teknologi di Kota Bandung pada tanggal 2 Maret 1959. Berbeda dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus yang sama, Institut Teknologi Bandung lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi sendiri bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.
Kurun dasawarsa pertama tahun 1960-an ITB mulai membina dan melengkapi dirinya dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode ini dilakukan persiapan pengisian-pengisian organisasi bidang pendidikan dan pengajaran, serta melengkapkan jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar dengan penugasan belajar ke luar negeri.
Kurun dasawarsa kedua tahun 1970-an ITB diwarnai oleh masa sulit yang timbul menjelang periode pertama. Satuan akademis yang telah dibentuk berubah menjadi satuan kerja yang juga berfungsi sebagai satuan sosial-ekonomi yang secara terbatas menjadi institusi semi-otonom. Tingkat keakademian makin meningkat, tetapi penugasan belajar ke luar negeri makin berkurang. Sarana internal dan kepranataan semakin dimanfaatkan.
Kurun dasawarsa ketiga tahun 1980-an ditandai dengan kepranataan dan proses belajar mengajar yang mulai memasuki era modern dengan sarana fisik kampus yang makin dilengkapi. Jumlah lulusan sarjana makin meningkat dan program pasca sarjana mulai dibuka. Keadaan ini didukung oleh makin membaiknya kondisi sosio-politik dan ekonomi negara.
Kurun dasawarsa keempat tahun 1990-an perguruan tinggi teknik yang semula hanya mempunyai satu jurusan pendidikan itu, kini memiliki dua puluh enam Departemen Program Sarjana, termasuk Departemen Sosioteknologi, tiga puluh empat Program Studi S2/Magister dan tiga Bidang Studi S3/Doktor yang mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bisnis dan ilmu-ilmu kemanusiaan.
Kini, dengan suplai tahunan pelajar-pelajar Indonesia terbaik, ITB merupakan salah satu pusat ilmu sains, teknologi, dan seni terbaik di Indonesia.
ITB juga mendukung para pelajar dan aktivitas sosial mereka dengan mendukung himpunan mahasiswa yang ada di setiap departemen.
Setiap tahunnya, ITB memilih seorang mahasiswa terbaik untuk dikirim ke pemilihan mahasiswa teladan nasional. Ganesha Prize adalah nama penghargaan untuk mereka yang mendapatkan gelar mahasiswa terbaik ini. Penghargaan ini biasanya diberikan secara resmi pada seremoni penerimaan mahasiswa baru.
Sejak tanggal 26 Desember 2000 ITB menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN) sebagaimana diatur Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000.
Sejak tanggal 12 April 2012 ITB menjadi Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah (PTP) sebagaimana diatur Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2012.
Sejak tanggal 14 Oktober 2013 ITB menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) yang memiliki otonomi pengelolaan dalam akademik dan non-akademik sebagaimana diatur Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2013 tentang STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG.
Fakultas dan Sekolah[sunting | sunting sumber]
Fakultas/sekolah dan program studi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Plaza Widya ITB dengan Gunung Tangkuban Perahu di kejauhan,
perhatikan bentuk atap khas bangunan di ITB.
Bangunan perpustakaan
pusat ITB
Fakultas adalah unit pendidikan di ITB yang memiliki
beberapa program studi (dulu departemen), baik di tingkat sarjana, magister,
maupun doktor. Sementara itu, sekolah adalah unit pendidikan yang memiliki
beberapa program studi dengan bidang keilmuan yang berdekatan.Misalnya, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB memiliki 5 program studi, yaitu di lingkup keelektroteknikan (Teknik Elektro, Telekomunikasi, dan Tenaga Listrik), serta di lingkup ilmu komputer (Teknik Informatika dan Sistem Teknologi Informasi). Namun, cakupan keilmuannya dianggap cukup dekat. Oleh karena itu, meskipun jumlah program studi di dalamnya semakin banyak, istilah 'sekolah' tersebut tidak diubah menjadi 'fakultas'.
Secara administratif tidak ada perbedaan yang berarti antara fakultas dan sekolah; perbedaan fakultas dengan sekolah di ITB hanyalah sekadar terminologi. Keduanya dipimpin oleh seorang Dekan dengan dibantu oleh 2 orang Wakil Dekan, yaitu Wakil Dekan bidang Akademik dan Wakil Dekan bidang Sumber Daya.
Akreditasi[sunting | sunting sumber]
Setelah bertahun-tahun mendapatkan akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan nilai A untuk sebagian besar program studinya, pada tahun 2011 dua program studi ITB meraih akreditasi internasional dari Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) yang merupakan badan akreditasi independen terkemuka di Amerika Serikat (AS). Program studi yang mendapatkan akreditasi dari ABET adalah Program Studi Teknik Elektro dan Program Studi Teknik Kelautan.[9]Pada pertengahan Agustus 2012, kembali ITB meraih akreditasi internasional untuk dua program studi yaitu Program Studi Teknik Kimia dan Program Studi Teknik Fisika. Kini ITB telah memiliki empat program studi yang terakreditasi secara internasional, di mana ITB merupakan salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia yang memiliki akreditasi secara internasional dari ABET. Dengan diraihnya akreditasi ABET merupakan jaminan bagi para calon mahasiswa dan orang tua untuk memilih institusi pendidikan yang berkualitas baik secara nasional maupun internasional.[8]
Dengan akreditasi ABET tersebut, lulusan ITB mulai tahun 2012 akan mendapatkan ijazah tak hanya akreditasi BAN-PT tetapi juga terdapat logo ABET yang membuktikan bahwa lulusan ITB telah terdidik dengan standar internasional, tidak hanya terlembaga tetapi juga telah tersertifikasi secara resmi.[8]
Adanya akreditasi ini juga manfaatnya dapat dirasakan oleh para pengguna lulusan ITB. Anak didik ITB memiliki standar profesional kerja yang dapat disamakan dengan lulusan luar negeri ternama. Sehingga perusahaan penerima mereka dapat lebih yakin terhadap almamater mereka.[8]
Kemudian program studi Kimia FMIPA telah berhasil meraih akreditasi internasional dari The Royal Society of Chemistry (RSC) yang merupakan lembaga akreditasi terkemuka di Inggris (UK).[16]
Selektifitas[sunting | sunting sumber]
Seleksi penerimaan mahasiswa ITB dilakukan secara ekslusif melalui seleksi secara nasional. Dalam sejarahnya, ITB adalah universitas yang paling selektif bukan saja di dalam negeri tapi juga di dunia.[8] Di tahun 2000, survei Asiaweek mencatat bahwa untuk seleksi penerimaan mahasiswa ITB menduduki ranking pertama di Asia.[9] Di tahun 2008, tingkat penerimaan agregat (aggregate admission rate) ITB adalah 4%,[10] lebih rendah (lebih selektif) daripada Harvard di tahun yang sama, yakni 9%.[12]Di tahun 2013, tergantung Falkutas yang bersangkutan, tingkat penerimaan di ITB berkisar antara 3.5-6.3%,[17] setara dengan Stanford (5.7%) dan Harvard (5.8%) dan lebih selektif dari Yale (6.9%), Princeton (7.4%), dan MIT (8.3%).[18]
Di tataran nasional, menurut tingkat keketatan masuk SNMPTN bidang IPA tahun 2009, ITB merupakan perguruan tinggi dengan tingkat kesulitan tertinggi dari 422.159 peserta ujian. Sebagai gambaran untuk tahun 2007 nilai rata-rata ujian seleksi masuk yang diterima di ITB adalah 808,82; disusul berikutnya UI (762,85), Unair (723,01), ITS (719,70), UGM (673,52).[19]
Tahun 2008 ITB (826,01), UGM (774,09), Unair (742,60), UI (732,20), ITS (709,86).[19]
Tahun 2009 ITB (92,54), UGM (88,88), UI (87,11), ITS (83,55), Unair (83,36).[19]
Sedangkan pada tahun 2012, ITB memperoleh nilai rata-rata tertinggi yaitu 788,34; disusul UI (735,94), UGM (677,63), ITS (675,53), dan Unair di urutan ke lima.[20][21]
Reputasi[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan tingkat kepopuleran perguruan tinggi di dunia maya, dengan jumlah sampel 335 institusi perguruan tinggi oleh 4icu.org untuk tahun 2012, ITB masih menjadi perguruan tinggi terpopuler di Indonesia.[22] Hingga pertengahan Juli 2012, ITB menempati peringkat ke-13 di lingkup Asia,[23] dan peringkat ke-82 di dunia (satu-satunya yang mewakili Indonesia di dalam Top 200 Colleges and Universities in the world)[24].Sedangkan menurut penilaian lembaga pemeringkatan perguruan tinggi asal Inggris tahun 2009, THE-QS, ITB menempati peringkat 80 di dunia dalam bidang Teknik dan IT, satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang mampu masuk dalam 100 besar pemeringkatan. Peringkat pertama sendiri diduduki oleh MIT.[25]. Kemudian pada tahun 2011 dalam bidang yang sama, peringkat yang ditempati ITB menjadi peringkat 100 di dunia.[26]
Dari tahun 2007 hingga saat ini, khusus untuk bidang Engineering & Technology dan Natural Sciences, ITB menempati peringkat pertama di Indonesia dan satu-satunya kampus di Indonesia yang memperoleh "bintang empat" dari QS World University Rankings.[27]
- Pada tahun 2009, QS Asian University Rankings di bidang Engineering & Technology memberikan ITB peringkat ke-21 di Asia[28] dan peringkat pertama di Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB menempati peringkat ke-27 di Asia[29] dan peringkat pertama di Indonesia.
- Pada tahun 2010, QS Asian University Rankings di bidang Engineering & Technology memberikan ITB peringkat ke-30 di Asia[30] dan peringkat pertama di Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB menempati peringkat ke-35 di Asia[31] dan peringkat pertama di Indonesia.
- Pada tahun 2011, QS Asian University Rankings di bidang Engineering & Technology memberikan ITB peringkat ke-26 di Asia[32] dan peringkat pertama di Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB menempati peringkat ke-41 di Asia[33] dan peringkat pertama di Indonesia.
- Pada tahun 2012, QS Asian University Rankings di bidang Engineering & Technology memberikan ITB peringkat ke-27 di Asia[34] dan peringkat pertama di Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB menempati peringkat ke-35 di Asia[35] dan peringkat pertama di Indonesia.
Rektor[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Daftar Rektor Institut
Teknologi Bandung
- Prof. Ir. R. Soemono (2 Maret 1959-1 November 1959)[36]
- Prof. Ir. R. Otong Kosasih (1 November 1959-20 April 1964)
- Ir. R. Ukar Bratakusumah (14 April 1964-22 Februari 1965)[37]
- Letnan Kolonel Ir. Koentoadji (22 Februari 1965-1969)
- Prof. Dr. Doddy Achdiat Tisna Amidjaja (1969-7 Desember 1976)
- Prof. Dr. Ing. Iskandar Alisjahbana (7 Desember 1976-14 Februari 1978)
- Dr. Soedjana Sapi'ie (16 Februari 1978-30 Mei 1979)[38]
- Prof. Dr. Doddy Achdiat Tisna Amidjaja (30 Mei 1979-22 November 1980)[39]
- Prof. Hariadi Paminto Soepangkat, Ph.D. (22 November 1980-12 Desember 1988)
- Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME (12 Desember 1988-7 Maret 1997)
- Prof. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D. (7 Maret 1997-10 November 2001)
- Ir. Kusmayanto Kadiman, Ph.D. (10 November 2001-21 Oktober 2004)
- Prof. Ir. Adang Surahman, M.Sc., Ph.D. (23 Oktober 2004-29 Januari 2005)[40]
- Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (29 Januari 2005-29 Januari 2010)
- Prof. Akhmaloka, Dipl.Biotech., Ph.D. (29 Januari 2010-20 Januari 2015)
- Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA (20 Januari 2015-sekarang)
- Azwar Anas, mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, mantan Gubernur Sumatera Barat
- Armein Z R Langi, Kepala Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi ITB (PPTIK-ITB)
- Bambang Harymurti, Mantan Pemimpin Redaksi TEMPO
- Bambang Hidayat, Astronom Dunia
- Bambang Subianto, Mantan Menteri Keuangan
- Baihaki Hakim, Ex Dirut Caltex dan Pertamina
- Betti Alisjahbana, CEO IBM Indonesia
- Budi Rahardjo, pakar IT-Security Indonesia, kolumnis Majalah Info Linux
- BJ Habibie, Presiden RI ke-3, Ahli Teknik Penerbangan
- Budiono Kartohadiprodjo, Mantan Komandan Resimen Mahasiswa Mahawarman Batalyon I/ITB, Direktur Utama Gatra
- Cacuk Sudarijanto, Mantan Direktur Indosat, Direktur Utama Telkom dan mantan Kepala BPPN
- Ciputra, Pengusaha
- Dian Angreniwati Soerarso, Direktur Bank Niaga
- Dian Dipa Chandra, atau Candil, penyanyi rock
- Djuanda Kartawidjaja, Mantan Perdana Menteri Indonesia
- Eddie Widiono, Mantan Direktur Utama PLN
- Erna Witoelar, Mantan Menteri Pemukiman & Prasarana Wilayah
- Evita H Legowo, Kepala Dirjen Migas
- Fadel Muhammad, Menteri Kelautan dan Perikanan
- Fadjroel Rachman, Intelektual, CEO Pedoman Group
- Fariz RM, musisi
- Gatot Pujo Nugroho, Gubernur Sumatera Utara periode 2011-2013, 2013-2018
- Ginandjar Kartasasmita, Ketua DPD
- Giri Suseno Hadihardjono, mantan Menteri Perhubungan Indonesia
- Gito Rollies, penyanyi dan aktor
- Hans Wospakrik, Fisikawan
- Harijono Djojodihardjo, Mantan Ketua LAPAN
- Harry Roesli, musisi, politisi, budayawan
- Hartono Rekso Dharsono. Mantan Pangdam Siliwangi, tokoh Petisi 50
- Hartarto Sastrosoenarto , Mantan Menteri Perindustrian
- Hasnul Suhaimi, Direktur Utama PT XL Axiata
- Hatta Rajasa, Menteri Koordinator bidang Perekonomian
- Herman Darnel Ibrahim, Anggota Dewan Energi Nasional dan Mantan Direktur PLN
- Herman Johannes, Mantan Menteri Pekerjaan Umum, Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada
- Hilmi Panigoro, Pengusaha
- Hotasi Nababan, Mantan Ketua HMS ITB, Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines
- Husein Sastranegara, Perintis TNI-AU, penerbang uji
- Indra Herlambang, Artis
- Iping Supriana, penemu Digital Mark Reader (DMR)
- Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
- Joko Anwar, penulis naskah film
- Jusman Syafii Djamal, Mantan Direktur Utama PT DI, Menteri Perhubungan
- Karen Agustiawan, Dirut Pertamina
- Karlina Leksono, Astronom
- Kuntoro Mangkusubroto, Ketua Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan
- Kusmayanto Kadiman, Mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi
- Laksamana Sukardi, Mantan Menteri Negara BUMN
- Luluk Sumiarso, Deputi ESDM
- Mawardy Nurdin, Wali Kota Banda Aceh
- Muslimin Nasution, Mantan Menteri Kehutanan dan Ketua ICMI
- Nabiel Makarim, Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup (2 semester di FIKTM ITB)
- Onno W Purbo, pakar teknologi informasi dan tokoh Sumber terbuka Indonesia
- Pantur Silaban, Fisikawan
- Pangeran M. Noor, Mantan Menteri Pekerjaan Umum, Mantan Gubernur Kalimantan
- Pater Drost, Rohaniwan, Pakar pendidikan
- Prabu Revolusi, Pembawa Acara, Pembaca Berita
- Pramono Anung, Mantan Ketua HMT ITB, Politikus,Sekjen PDI-P
- Purnomo Yusgiantoro, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Pertahanan Republik Indonesia
- Rachmat Witoelar, Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup
- Raden Pardede, Komisaris Bank Central Asia
- R Priyono, Kepala BP Migas
- Revantino, Seniman, Budayawan
- Rinaldi Firmansyah, Direktur Utama PT Telkom
- Riza Falepi, Anggota DPD RI 2009-2014, Walikota Payakumbuh
- Rizal Ramli, Mantan Menko Perekonomian
- Rozik Boedioro Soetjipto, mantan Menteri Negara Pekerjaan Umum
- Said Djauharsjah Jenie, Ketua BPPT
- Sakirman, petinggi Politbiro CC PKI dan kakak kandung dari Siswondo Parman (hilang)
- Salahuddin Wahid, Rohaniwan, Politisi
- Samaun Samadikun, Profesor, Guru Besar di Bidang (Mikro) Elektronika, Mantan Direktur PAUME Pusat Mikroelektronika
- Sanyoto Sastrowardoyo, Mantan Menteri Negara Investasi, Kepala BKPM
- Sarwono Kusumaatmadja, Anggota DPD, Mantan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
- Sedyatmo, Penemu Pondasi Cakar Ayam
- Siswono Yudo Husodo, Mantan Menteri Perumahan Rakyat
- Soekarno, Presiden RI pertama
- Sri Bintang Pamungkas, Politisi
- Sudjiwo Tedjo, Seniman, Budayawan
- Suharna Surapranata, mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Kabinet Indonesia Bersatu II
- Suhono Harso Supangkat Staf Pengajar ITB
- Syafruddin Arsjad Temenggung, Mantan Kepala BPPN
- Taufik Akbar, Ahli Satelit
- Tjia May On, Fisikawan
- Tjokorda Raka Sukawati, Ahli Konstruksi, Penemu Teknik Sosrobahu
- Tri Haryo Susilo, CEO PT Rekayasa Industri
- Wimar Witoelar, Pengamat Sosial & Politik
- Winardi Sutantyo, Astronom
- Wiranto Arismunandar, Mantan Menteri Pendidikan & Kebudayaan
- Wiratman Wangsadinata, Ahli Konstruksi
- Wiyoto Wiyono, Ahli Konstruksi
- Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, rohaniwan, novelis, aktivis HAM
- Yani Panigoro, Pengusaha, Pimpinan Medco Group
- Zuhal, mantan Menteri Riset & Teknologi, mantan Dirut PLN
Prestasi[sunting | sunting sumber]
- Juara pertama kategori robot terbang sayap tetap (fix wing), desain terbaik, dan presentasi terbaik dalam Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2014 [43].
- Merit Awards (runner up), Asia Pasific Information and Communication Technology Alliance (APICTA) Awards 2009 di Australia, 15-17 Desember 2009[44].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar